masih teringat jelas suasana malam ini,
dimana aku, kamu, dan mereka bersiap menjemput petang datang. raut wajah yang
hingar bingar, lantunan-lantunan yang mulai sesahutan datang dari tiap sudut.
dengan nalar yang polos kita bergandengan tangan, menyingsing senja, sambil
memetak jalan-jalan kecil. sesampainya disana, kita mulai pertemuan itu dengan
sapaan khas; sapaan yg mana manusia, malaikat bahkan Tuhanpun ikut menyerukannya; Innallaha wa malaaikatahu yusholluuna 'ala an-nabi, yaa ayyuha al-ladzina aamanu shollu 'alaihi wa sallimuu tasliima.
tak peduli suara gaduh yang mencoba
merengkut kehangatan kita, tak peduli cibiran yang mencoba mematahkan nada
kita, tak peduli mata kasar yang mencoba mengakhiri jalan kita. sungguh.. tiada
yg peduli.
aku, kamu, mereka hanyut dalam suasana yang kita rajut bersama. bersama malam yang harapku tak kan pernah berujung, bersama bintang yang turut menghiasi. juga sesekali ocehan-ocehan katak di rotan tetangga yang memperkuat perjamuan kita.
aku, kamu, mereka hanyut dalam suasana yang kita rajut bersama. bersama malam yang harapku tak kan pernah berujung, bersama bintang yang turut menghiasi. juga sesekali ocehan-ocehan katak di rotan tetangga yang memperkuat perjamuan kita.
begitu khidmat, sesuatu yang lain pun ikut
menghampiri; rindu yang teramat sakit yang se-akan tak kuat ku menerimanya. Juga
keresahan yang selalu menggebu.
sebuah memori, memang memori.. tapi tak kan bermakna jika tidak kita sadari, lagi.
sebuah memori, memang memori.. tapi tak kan bermakna jika tidak kita sadari, lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar